Chapter · Fanfiction · Romance · ShinKyu couple

[Shin-Kyu] Be-Long

 Bab 7 – Be-Long 

note: Hai, lama gak update ya? Ini juga gak panjang. Lelah jadi kalong gaess. rcl ya :))

happy reading–

 

Aku mulai menghitung dengan jari sisa waktu yang kupunya. Satu dua, tiga, empat… tersisa dua puluh lima hari lagi. Bahkan sebelum hari ke-25 nanti, aku tidak memiliki banyak waktu bersamanya.

Aku menghitung lagi dengan jari, mulai dari tanggal 30 April hingga tanggal 6 Mei mendatang. What? Satu minggu? Sementara waktu liburku hanya 4 hari. Dan sisanya? Aku mengingat tanggal hari ini yang mendadak kulupakan.

Bugh!

“Aish, Sial! Kyuhyun bahkan masih di Jeju.”

Aku membenturkan kepala lagi ke meja. Sudah sakit, ditambah memikirkan waktu yang harus kumanfaatkan sebaik mungkin membuatku semakin sakit kepala.

“Kau kenapa Yoo?”

Aku melirik Sana, baru saja keluar dari kamar mandi. Sambil menyiapkan hairdryer ia masih melihat ke arahku.

“Bukan apa-apa,” aku bohong.

Sana mengangkat bahu, “Well.”

Sana memang bukan orang yang terlalu ingin tahu meskipun dia sangat ingin tahu, terkadang, dia bisa menahan pertanyaan apapun yang ingin dia ketahui jawabannya. Berbeda dengan Soomi, aku melirik gadis itu sudah tertidur pulas, menurutku dia cukup bermulut besar.

Aku menghela napas memikirkannya. Yah meskipun begitu, mereka itu teman satu asramaku, juga temanku di luar jam kampus.

Aku berdiri, membuat kaki kursi berderit mundur. “Aku mau tidur,” kataku.

Sana menoleh, “Gadis macam apa kau? Jorok. Kau kan belum mandi.”

Sana mengomel sambil mengeringkan rambutnya.

Masa bodoh. Bagiku sekarang, tempat tidur lebih menggoda dari pada kamar mandi atau berlian sekalipun. Keputusanku sudah diketuk palu. Maaf Sana, kau tidak bisa membujukku untuk mandi malam ini. Asal kalian tahu, aku ini malas mandi.

2 days ago~

 

“Kyuhyun aku pulang, kau ada…”

Suaraku mendadak hilang melihat Kyuhyun sedang mengemasi beberapa pakaiannya. Dia hanya menatap ku sekilas, tidak terkejut, tanpa suara dan hanya satu tepukan di bahuku sebagai sambutan darinya. Hei! Apa-apaan dia?

“Kau mau kemana?” Aku duduk di samping kopernya, diatas tempat tidur besar itu.

“Jeju, liburan.”

Singkat pada dan jelas.

“Tanpa aku?” Suaraku skeptis.

“Lalu? Lagipula  kita sudah biasa pergi sendiri-sendiri. Libur semester lalu kau juga pergi ke Eropa bersama bibi. Tanpa aku.”

Penuh penekanan sekali dia. Tapi dia juga benar. Tapi lagi tapi…

Aku berdiri cepat. “Beda ceritanya. Aku sengaja pulang hari ini dan kau justru akan pergi?”

Serius, tensi darahku mulai naik. Ugh panas! Tanganku mengibas-ngibas di dekat leher. Detik ke dua, kegiatan Kyuhyun pun terhenti. Dia melupakan pakaiannya. Menarik bahu, mendorong hingga punggungku menempel pada dinding di dekat pintu.

“Lain waktu, pulang dengan pemberitahuan dari jauh-jauh hari,” bela dirinya halus.

Kyuhyun tersenyum samar. Aku menutup mata perlahan ketika bibir penuh itu dengan pengalamannya menuntun bibirku. Aku terlalu kaku namun Kyuhyun tidak peduli. Rasanya kakiku lemas. Tuhan tahan aku.

“Untuk yang ini, aku sudah janji dengan teman-temanku,” kata Kyuhyun lagi lalu kembali menciumku.

“Jadi, aku pulang hanya untuk minum  teh menggunakan gelas kerdil ini denganmu?” Aku mengangkat gelas itu lebih tinggi. Kyuhyun hanya mengangkat bahu dan tersenyum.

Oh, goodness, baiklah, baiklah. Aku ikuti apa maunya kali ini. Daripada sakit kepala ku karena ulah dosen ditambah dengan ocehan Kyuhyun mengenai pria sejati itu bla bla bla…

“Pria itu harus menepati janji.”

“Aku tahu.”

Kami kembali menatap hamparan Seoul diatas ketinggian asrama Kyuhyun. Menghabiskan teh dengan hati-hati. Modus. Supaya waktuku bersamanya hari ini tidak terlalu singkat.

Kami sudah terang-terangan. Yah, meskipun aku baru 20 tahun, aku bisa memahami pria ini lebih dewasa sedikit dari pada gadis-gadis seusiaku.

 Now~

 

Hari ini Kyuhyun pulang dari Jeju. Aku sudah menelpon sebelumnya, setelah kembali dia harus menghabiskan waktu bersamaku. Kyuhyun setuju. Dia selalu tahu cara meredakan kekesalanku tempo hari.

Setelah meletakkan kentang goreng diatas meja  berarti semua perlengkapan sudah siap. Aku tinggal bersantai, tiduran dengan bantal-bantal sofa yang cukup empuk sambil menunggu Kyuhyun datang. DVD Game terbaru juga sudah aku siapkan. Aman semuanya.

Kalau dipikir-pikir, aku tidak pernah lagi menunggu Kyuhyun di bandara sejak setahun lalu. Kalian ingatkan saat Kyuhyun ada jadwal di Jepang, sampai aku harus menunggunya selama dua jam lebih di dalam Van. Kadang aku ingin sekali menendang bokongnya. Aku sudah terlalu kesal jika mengingat kejadian itu. Lagipula, sekarang aku malas. Menunggu dia, lalu berlari menyusulnya, sama sekali bukan gayaku. Aku bukan Shin Yoo-Ji yang dulu. Tapi sikap suka marah-marah-ku masih sama saja.

Aku mengambil ponsel, mengetik di kolom pesan.

Me: Kau dimana?

Kyuhyun: Di depan pintu.

Ohh? Sudah sampai?

Buru-buru aku berlari ke arah intercom. Memang benar Kyuhyun sudah sampai, buktinya layar itu dipenuhi wajah si pipi gempal. Ya ampun paman, kadang aku berpikir kau itu memikirkan penampilanmu atau tidak? Kau punya program diet sendiri tidak?

Setelah punyi tit, pintu terbuka. Aku langsung menyambut Kyuhyun dengan ceria.

“Bagaimana liburanmu? Menyedihkan?”

Kyuhyun meninggalkan kopernya di depanku. Sementara ia berjalan ke arah sofa lalu berbaring disana. Napasnya menghela dengan kasar.

“Bodoh. Mana ada liburan menyedihkan.”

Ah, dia masih punya stamina untuk berdebat denganku rupanya.

“Benarkah? Itu kan liburan perpisahan. Aku yakin kau menangis sambil minum di kamar yang kalian sewa. Memangnya wajib militer hanya 2 hari? Seminggu? Atau—“

“Kau akan menyesal bicara seperti itu.” Kyuhyun memijat keningnya.

Aku menarik koper Kyuhyun. Sambil melewatinya aku berkata, “Aku tahu. Makanya aku ingin menghabiskan waktu bersamamu.”

Kepala Kyuhyun mencuat dari balik punggung sofa. “Dengan main Playstation, menurutmu?”

“Ya tentu saja.” Aku menutup pintu kamar.  “Why not?”

“Dasar gila!”

“Gila karenamu tidak masalah.”

“Ha?”

“Ekspresi macam apa itu? Kalau  malu tidak perlu kau tahan.” Aku berjalan santai ke dapur.

“Kau sedang apa?”

Kyuhyun duduk di sampingku.

“Memasak.”

Tanpa melihat aku tahu ekspresi kebingungannya. “Tapi kau tidak memasak.”

Sudah tahu kenapa bertanya? “Kau bisa lihat sendiri aku memegang majalah. Artinya aku membaca.”

“Yang aku maksud kau sedang membaca apa?”

“Membaca majalah. Kau lihat ini!”

“Sinis sekali,” grutu Kyuhyun beringsut menjauh.

“Apa?” aku berpaling padanya. Tak, satu tatapan tajam dan penuh fokus memusat padanya.

Dia semakin beringsut saja. “Bukan apa-apa,” katanya sambil menggeleng.

Ya, baiklah. Aku kembali membaca majalah.

“Maksudku kau membaca tentang apa?”

Memang tidak sopan berbicara tanpa menatap lawan bicara. Tapi untuk Kyuhyun pengecualian. Anggap saja ini hukuman tidak mengajakku liburan ke Pulau Jeju.

“Membaca jalan.”

“Jalan? Di majalah?”

“Iya.”

“Memangnya ada?”

Eh, apa orang jatuh cinta IQ-nya selalu merosot ke dasar ya? Kyuhyun kenapa bertanya konyol begitu? Biasanya dia akan mendebatku habis-habisan.

“Ada. Aku yang membuat.”

“Benarkah?”

“Iya.”

“Untuk apa?”

“Untukku berikan padamu.”

“Aku? Kenapa aku?”

“Kau tahu di camp pria pasti akan mengidolakan girl group yang aku tidak tahu siapa namanya itu. Akan aku pastikan hatimu punya arah, tidak akan tersesat. Nanti kuberi peta jalan pulangnya, ya?”

Kyuhyun mendengus geli. “Kau belajar apa di Universitas? Kenapa tingkat kegilaanmu meningkat begini?”

“Aku belajar bisnis.”

“Bohong!”

“Serius.”

“Bohong!”

“Kau tidak percaya?”

Wajah polos Kyuhyun menebal pelan-pelan. Di menggeleng “Tidak.”

“Aku tidak bohong. Aku belajar bisnis.”

Kyuhyun berdecak. “Waktu belajarmu kau gunakan untuk memikirkan aktor-aktor tampan di televisi.”

“Tidak. Aku sungguh belajar.”

“Ya, kau jadi belajar merindukanku.”

Aku melongo, “What the—

Kyuhyun mendekat, dengan cepat merangkulku. Tersenyum penuh arti dan mengatakan, “Aku tahu rindu itu berat. Tapi kau dan aku sudah sama-sama belajar. Jadi untuk dua tahun ke depan, kita tanggung bersama bagaimana beratnya saling rindu, ya?”

Apa ini?

.

tbc-

6 tanggapan untuk “[Shin-Kyu] Be-Long

Tinggalkan komentar